Arkeolog Teliti Temuan Artefak Kapal Kuno di Natuna Ini

 Temuan keramik dari masa Dinasti Qing
atau dikenal sebagai Dinasti Manchu
(abad ke-17-19 M) di Teluk Buton,
Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau.

Lima artefak kapal dari abad ke-10 hingga
ke-19 Masehi ditemukan di wilayah
perairan Kepulauan Natuna, Kepulauan
Riau. Temuan tersebut menguatkan
bahwa Natuna merupakan titik penting
dalam jalur pelayaran perdagangan
internasional yang menghubungkan
Tiongkok dengan kawasan Asia Tenggara.
Selama dua pekan, 14-25 April, lima
penyelam dari Pusat Arkeologi Nasional
menyelami tiga lokasi di wilayah Laut
Tiongkok Selatan. Ada tiga lokasi yang
menjadi target utama penyelaman, yaitu
Pulau Buton, Pulau Laut, dan Karang
Antik. Namun, para peneliti hanya
berhasil memetakan temuan di Buton
dan Karang Antik.
“Kondisi arus sedang deras saat kami
berada di Pulau Laut,” ujar Priyatno Hadi,
peneliti madya di Pusat Arkeologi
Nasional, Kamis (22/4). Pulau Laut ini
merupakan wilayah terluar batas
geografis Indonesia dengan Laut Tiongkok
Selatan. Para peneliti belum mengetahui
apakah artefak kapal karam itu
berteknologi kapal Asia Tenggara atau
Tiongkok.
Menurut informasi penduduk setempat,
sebenarnya ada lima lokasi kapal masa
kerajaan itu karam di wilayah Natuna.
Namun, karena keterbatasan anggaran,
penelitian tahun ini hanya difokuskan
pada tiga lokasi. Untuk penelitian
tersebut, Pusat Arkeologi Nasional hanya
menganggarkan Rp 200 juta.
Di Karang Antik, tim peneliti menemukan
kapal kayu berukuran besar dengan
berbagai benda keramik Tiongkok di
dalamnya. Temuan itu hanya berada di
kedalaman maksimal 15 meter dari
permukaan laut.
Ditilik dari pola hiasan dan bentuk
keramik, para peneliti menyimpulkan,
keramik tersebut berasal dari masa
Dinasti Sung (abad ke-10 hingga ke-12
Masehi). Adapun di Buton, peneliti
memetakan kapal kayu dengan muatan
keramik dari masa Dinasti Qing atau
dikenal sebagai Dinasti Manchuria yang
berusia lebih muda, yaitu dari abad ke-17
hingga ke-19 Masehi.
Priyatno mengatakan, dalam arkeologi
maritim, Natuna merupakan situs yang
menarik bagi para peneliti. Natuna
berada di jalur strategis pelayaran
perdagangan internasional dari Laut
Tiongkok Selatan. Keberadaan kapal-kapal
karam di wilayah Natuna itu sudah diduga
sebelumnya karena di sepanjang pesisir
Kepulauan Natuna banyak ditemukan
pecahan keramik.
“Ini menjadi temuan luar biasa karena
kemungkinan pernah ada permukiman di
Kepulauan Natuna. Bukti fisiknya adalah
banyak sekali temuan keramik pecah di
sepanjang pesisir pantai,” kata Bambang
Budi Utomo, peneliti senior di Pusat
Arkeologi Nasional, yang ikut ke lokasi.
Penduduk di sana, kata Bambang, biasa
mencari keramik utuh di halaman rumah
atau pantai. Sebagian penduduk bahkan
menjadikan barang antik itu sebagai mata
pencarian. Meski sudah ada bukti fisik
berupa keramik, para peneliti belum
menemukan catatan sejarah yang
menyatakan pernah ada permukiman di
Natuna.
“Hanya ada berita Tiongkok yang
menyebutkan bahwa Natuna merupakan
tempat persinggahan dan ada air tawar di
sana,” ujarnya. Kapal-kapal dari Tiongkok
atau yang akan menuju Tiongkok
kemungkinan besar mengisi logistik di
Natuna. Bisa juga mereka merapat di
Natuna karena terkena badai.
Badai tropis yang sering muncul dan
lenyap tiba-tiba menjadi ancaman kapal-
kapal yang melalui Laut Tiongkok Selatan.
Sebagian kapal yang tidak mampu
menyelamatkan diri akhirnya karam
dengan muatan keramik di dalamnya.
Dilihat dari umur keramiknya, kapal masa
Dinasti Sung berlayar ke Nusantara (yang
pada masa itu menjadi pusat Asia
Tenggara) untuk berhubungan dagang
dengan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera
dan Mataram Kuno di Jawa Tengah.
Kapal-kapal itu berlayar dari Pelabuhan
Kanton yang menjadi pintu keluar para
pedagang di Tiongkok.
“Pada masa itu, peran Kerajaan Tumasik
(Singapura) belum ada karena Tumasik
baru lahir berbarengan dengan masa
Majapahit di Jawa Timur, sekitar
abad-14,” ujar Bambang.
Kapal perang
Selain menemukan kapal kayu, para
peneliti juga sempat melihat kapal
berbahan logam yang karam. Menurut
informasi penduduk, kapal tersebut
merupakan kapal perang Rusia yang
tenggelam ditembak Jepang. “Namun,
saat menyelam, kami hanya melewatinya,
belum berfokus pada kapal yang diduga
kapal perang itu,” kata Priyatno.
Hampir separuh dari lunas kapal
terpendam lumpur dan hanya bagian atas
yang terlihat. Berdasarkan cerita
penduduk lokal, masih ada beberapa
bangkai kapal sisa Perang Dunia II yang
ditemukan di wilayah perairan Natuna.
Bangkai kapal perang dari negara lain,
kata Bambang, tidak bisa begitu saja
dieksplorasi oleh peneliti Indonesia.
Alasannya, ada aturan hukum
internasional yang menyebutkan bahwa
bangkai kapal suatu negara yang
tenggelam di wilayah perairan negara lain
tetap menjadi hak milik negara asal kapal
tersebut.
Tahun 2013, Pusat Arkeologi Nasional
pernah menemukan bangkai kapal selam
Jerman dari jenis U-Boat (unterseeboot)
bernomor U-168 di wilayah perairan
Taman Nasional Karimunjawa. Temuan
itu memunculkan tanda tanya, apa peran
Jerman di wilayah perairan Nusantara
pada masa Perang Dunia II. Lokasi
bangkai kapal sekitar 96 kilometer dari
Karimunjawa di kedalaman 19 meter.
Literatur Pemerintah Jerman menyebut,
pada masa PD II, dua kapal tenggelam di
perairan Indonesia. Kapal U-168
tenggelam tahun 1944, sedangkan U-183
tenggelam tahun 1945. Data misi U-Boat
menyebutkan, armada kapal selam
Jerman pernah berada di perairan Laut
Jawa, Laut Australia, dan Samudra Hindia.
“Misi Jerman terkait persekutuan Jepang-
Jerman menghadapi sekutu,” kata
Bambang yang mengetuai penelitian
tersebut.
Berdasarkan kajian Pusat Arkeologi
Nasional, Jerman mempunyai
“pangkalan” di Pulau Penang (Malaysia),
Jakarta, dan Surabaya. Kapal selam
tenggelam akibat torpedo. Lubang bekas
torpedo berada di ruang kontrol.
Bambang menyatakan, bangkai kapal itu
merupakan temuan besar. Sejumlah
artefak ditemukan, seperti piring makan,
cangkir, kacamata, teropong, aki, dan alat
selam.
Kapal U-Boat itu diduga armada kapal
perang Nazi Jerman meski lambung kapal
belum ditemukan. Dugaan itu
berdasarkan beberapa sampel berciri
simbol Nazi, seperti lambang burung
mencengkeram lambang swastika.
Lambang itu ditemukan di bagian dasar
piring makan. Kini, penelitian arkeologi
bawah air masih menunggu kelanjutan
pemberian dana dari pemerintah.
(LUSIANA INDRIASARI)

Related Posts

Load comments

3 Comments

  1. HOT PROMO VEGASPLAY99 !

    Bonus Deposit OVO 20%
    Welcome Bonus 100% Sportbook - LiveCasino - Slot
    Extra Bonus 200% Sportbook - LiveCasino - Slot
    Reload Bonus 10%

    bandar bola uang asli

    agen bola uang asli

    bandar slot uang asli

    ReplyDelete
  2. Bandar togel ternyaman & terpercaya
    www. wins4d .com
    WA : +62-8526-0431-249

    #NEW Promo :
    -Bonus New Member Rp.10.000
    -Bonus Next deposit 1%
    -Bonus Referral sebesar 1%
    Dan Bonus JP no Hp 4D sebesar Rp.3.000.000 Juta

    silakan klik di bawah ini :
    wins4d .com/link.php?member=wkhoki99

    FASILITAS UNTUK MEMBER WITHDRAW DAN DEPOSIT LANGSUNG DI PROSES

    Selamat BERMAIN ^^

    ReplyDelete
  3. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete